• Kontak
  • Pedoman Cyber
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Metro Info News
  • NEWS
    • NASIONAL
      • PEMERINTAH
    • DAERAH
    • MAKASSAR
  • EKONOMI
  • KESEHATAN
  • PENDIDIKAN
  • PERISTIWA
    • HUKUM
    • KRIMINAL
  • SOSIAL
    • POLITIK
    • SENI DAN BUDAYA
  • RAGAM
    • DAKWAH
    • OLAHRAGA
    • OPINI
    • ADVERTORIAL
    • WISATA
  • TNI/Polri
No Result
View All Result
  • NEWS
    • NASIONAL
      • PEMERINTAH
    • DAERAH
    • MAKASSAR
  • EKONOMI
  • KESEHATAN
  • PENDIDIKAN
  • PERISTIWA
    • HUKUM
    • KRIMINAL
  • SOSIAL
    • POLITIK
    • SENI DAN BUDAYA
  • RAGAM
    • DAKWAH
    • OLAHRAGA
    • OPINI
    • ADVERTORIAL
    • WISATA
  • TNI/Polri
No Result
View All Result
Metro Info News
No Result
View All Result
  • NEWS
  • EKONOMI
  • KESEHATAN
  • PENDIDIKAN
  • PERISTIWA
  • SOSIAL
  • RAGAM
  • TNI/Polri
Home DAKWAH

Pernikahan Anak Terjadi Akibat Stigma Peran Domestik Perempuan

Desember 7, 2020
in DAKWAH
0
Share on FacebookShare on Twitter

Baca:

Warga Biboro Antuasias Dengar Sambutan Kades  Batumalonro Di Malam Takziah Alm Jumali Bin Baba

Gema Ramadhan 1446 H Lomba Tadarus Al-Qur’an Antar Ibu Ibu Sedesa Pallantikang Kec Pattallassang,Kab Gowa

Ka. LPKA Banda Aceh Pimpin Rapat Internal Bidang Pengawasan- Penegakan Disipilin (Wasgakin)

Majelis Ta’lim New Taeng Residen Gelar Acara Dakwah Dengan Tema “Kenapa Selalu Aku Ya Allah?”

Post Views: 3

Pernikahan anak atas alasan ekonomi masih terjadi di Indonesia. Padahal anak juga memiliki mimpinya sendiri. Mengapa pernikahan anak selalu dianggap menjadi solusi atas persoalan ekonomi? Fenomena ini terjadi akibat stigma peran domestik perempuan.

Nayla, 17 tahun, baru saja pulang sekolah menggunakan turun dari angkutan kota. Ia menyusuri gang yang padat dan sempit di tengah kota metropolitan. Rambutnya tampak acak-acakan setelah seharian sekolah. Wajahnya pun terlihat lelah setelah belajar semalaman untuk try out UTBK hari itu. Seragam putih abu-abu yang dikenakannya mulai tampak kusut.

Di balik kekusutan itu, Nayla bangga dengan dirinya yang mampu mengerjakan soal try out hari itu dengan mudah. Kelulusan sebentar lagi dan tes masuk perguruan tinggi semakin dekat. Dengan nilai try out-nya yang selalu baik, ia percaya diri untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi sesuai bidang yang diminatinya.

Meski tidak datang dari keluarga berada, ia yakin dengan semangatnya, ia dapat menggapai mimpi.

Impian yang sudah tampak di depan mata kandas begitu ia masuk ke rumah. “Nak, karena kondisi perekonomian keluarga kita, kamu akan menikah setelah lulus,” kata ibunya. Ucapan yang lirih tersebut membuatnya terguncang. Tangisnya pun pecah. Berulang kali ia bertanya-tanya alasannya. “Mengapa, Bu? Aku mau kuliah, bukan menikah!” kata Nayla.

Akan tetapi, pendirian sang ibu tak sedikitpun goyah. “Ada orang kaya yang mau melamarmu. Lagipula, perempuan tidak perlu kuliah. Yang penting kamu tahu cara mengurus rumah,” kata ibunya.

Dilansir dari unicef.org, Indonesia adalah negara dengan angka perkawinan anak tertinggi kedelapan di dunia. Satu dari sembilan perempuan menikah di bawah 18 tahun. Hal ini salah satunya disebabkan oleh stigma masyarakat terhadap perempuan yang hanya berperan mengurus rumah tangga.

Cerita Nayla ini masih jamak dijumpai. Di Indonesia, pandangan perempuan tak perlu berpendidikan tinggi masih dipegang erat oleh sekelompok masyarakat. Tidak hanya di pedesaan, di kota besar pun pandangan tersebut masih ada yang biasanya didorong oleh faktor ekonomi. Stigma bahwa perempuan hanya bertanggung jawab mengurus rumah akhirnya membuat pandangan tersebut makin diyakini.

Stigma peran perempuan yang identik dengan urusan rumah menampilkan seolah-olah jika perempuan melakukan hal lain, contohnya mencapai pendidikan setinggi-tingginya, dianggap melanggar kodrat. Peran perempuan yang “hanya” mengurus rumah tangga kemudian dipergunakan sebagai alasan berbagai pihak untuk mengonstruksi perempuan sebagai makhluk yang lemah. Akibatnya, tugas domestic rumah tangga pun kerap diasosiasikan sebagai tugas perempuan saja.

Coba seandainya Nayla adalah laki-laki, pernikahan anak mungkin urung terjadi. Ia tidak mungkin dipaksa menikah setelah lulus SMA untuk membantu perekonomian keluarga. Mungkin saja solusinya ia diminta ikut bekerja. Pertanyaannya, mengapa Nayla tidak disuruh bekerja? Mengapa pernikahan anak dianggap sebagai solusi?

Hal itu tidak lain disebabkan oleh konstruksi masyarakat terhadap citra perempuan yang dianggap bergantung laki-laki sebagai pencari nafkah, sementara perempuan mengurus rumah tangga. Mengurus rumah tangga dianggap lebih mudah dibanding mencari nafkah. Kondisi ini membuat perempuan ditempatkan sebagai second sex yang tidak mandiri, harus patuh, dan taat perintah.

Peran dalam rumah tangga sejatinya tidak perlu dikotak-kotakkan hanya sebagai kewajiban perempuan. Normalisasi pembagian peran domestik antara laki-laki dan perempuan dapat menjadi titik perubahan untuk menghilangkan stigma bahwa perempuan hanya patut mengurus rumah tangga. Dengan begitu, alasan pernikahan anak akibat perekonomian keluarga yang rendah seperti kasus Nayla sebelumnya dapat diatasi dengan pikiran yang lebih terbuka.

Nayla bukanlah satu-satunya perempuan yang gagal meraih mimpi karena stigma peran domestik perempuan. Masih banyak anak-anak perempuan seperti Nayla yang dipergunakan sebagai “alat penyelamat” perekonomian keluarga dengan embel-embel tanggung jawab kodrati. Padahal, kodrat seorang perempuan tidak perlu dicari atau ditentukan oleh lingkungannya. Kodrat perempuan sesungguhnya telah ia genggam sejak lahir.

 

Tulisan ini adalah hasil karya dari peserta penerima beasiswa mentoring pada program Peaceful Digital Storytelling, pelatihan kampanye cerita baik dan positif bagi siswa SMA yang didukung oleh US Embassy dan Wahid Foundation.

Previous Post

Kajian Maqasid Syariah Menjaga Agama (1): Definisi Menjaga Agama dan Caranya

Next Post

Sufi Ini Masuk Surga karena Menolong Kucing, Bukan karena Ibadahnya

Related Posts

Oplus_131072
DAERAH

Warga Biboro Antuasias Dengar Sambutan Kades  Batumalonro Di Malam Takziah Alm Jumali Bin Baba

April 10, 2025
Oplus_131072
DAKWAH

Gema Ramadhan 1446 H Lomba Tadarus Al-Qur’an Antar Ibu Ibu Sedesa Pallantikang Kec Pattallassang,Kab Gowa

Maret 12, 2025
DAERAH

Ka. LPKA Banda Aceh Pimpin Rapat Internal Bidang Pengawasan- Penegakan Disipilin (Wasgakin)

Februari 18, 2025
Oplus_131072
DAKWAH

Majelis Ta’lim New Taeng Residen Gelar Acara Dakwah Dengan Tema “Kenapa Selalu Aku Ya Allah?”

Januari 19, 2025
ADVERTORIAL

Pengobatan Alat Vital Di SIDOARJO Solusi Cepat, Aman, dan Terpercaya oleh H. Asep Junaedi

Januari 2, 2025
ADVERTORIAL

Pengobatan Alat Vital Samarinda

Januari 1, 2025
Plugin Install : Widget Tab Post needs JNews - View Counter to be installed
  • Trending
  • Comments
  • Latest

HMI Cabang Bantaeng Apresiasi Kinerja Kajari: Tegas Berantas Korupsi, Hadir untuk Masyarakat

Mei 23, 2025
Oplus_131072

Aksi Bersih Irigasi di Panciro, Sampah Asal Desa Tetangga Jadi Sorotan

Mei 23, 2025

KKMB Unismuh Laporkan Dugaan Makanan Basi di Program MBG Bulukumba ke Kejati Sulsel

Mei 23, 2025
Oplus_131072

Polres Singkawang Tingkatkan Patroli Malam, Antisipasi Aksi Kriminalitas dan Premanisme

Mei 23, 2025
Plugin Install : Popular Post Widget need JNews - View Counter to be installed

HMI Cabang Bantaeng Apresiasi Kinerja Kajari: Tegas Berantas Korupsi, Hadir untuk Masyarakat

Mei 23, 2025
Oplus_131072

Aksi Bersih Irigasi di Panciro, Sampah Asal Desa Tetangga Jadi Sorotan

Mei 23, 2025

KKMB Unismuh Laporkan Dugaan Makanan Basi di Program MBG Bulukumba ke Kejati Sulsel

Mei 23, 2025
Metro Info News
  • Redaksi
  • Pedoman Cyber
  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Kontak

© 2023 Metro Info News - All Rights Reserved | by Shariq.ID

No Result
View All Result
  • NEWS
    • NASIONAL
      • PEMERINTAH
    • DAERAH
    • MAKASSAR
  • EKONOMI
  • KESEHATAN
  • PENDIDIKAN
  • PERISTIWA
    • HUKUM
    • KRIMINAL
  • SOSIAL
    • POLITIK
    • SENI DAN BUDAYA
  • RAGAM
    • DAKWAH
    • OLAHRAGA
    • OPINI
    • ADVERTORIAL
    • WISATA
  • TNI/Polri

© 2023 Metro Info News - All Rights Reserved | by Shariq.ID